Singapore Trip, #2

Menurut mamie Singapura adalah negara yang hebat. Dengan resource yang terbatas mampu membuat negara tersebut exist di bidang perdagangan. Mamie masih ingat punya pengalaman membeli kayu melalui salah satu perusahaan di negara itu, padahal kayu tersebut berasal dari Gabon Afrika. Selain itu bidang pariwisata juga berkembang. Banyak orang-orang yang ke Singapura hanya untuk berbelanja barang bermerk, termasuk teman-temanku ini.

Mereka yang memang berkecukupan, atau mungkin bolehlah dengan istilah berlebihan. Kami memang berteman akrab dari SMP, bahkan beberapa yang dari SD. Tetapi perjalanan hidup kami masing-masing berbeda, mungkin sesuai dengan tujuannya. Sangat bersyukur mamie memiliki teman-teman seperti mereka. Teman yang benar-benar tulus, tanpa melihat mamie yang tidak sebanding dengan mereka bahkan tidak seiman (lagi). Mereka tetap tidak berubah dan selalu memberikan perhatian kepada mamie.

Walaupun tujuannya menemani salah satu teman untuk berobat, ternyata shoppingnya juga tidak ketinggalan (atau bahkan jadi utama hihihi). Nah dimulailah melewati waktu dengan rada bosan ini. Loh kok bosan? Sungguh mamie ini sepertinya tipe cewek yang hemat #uhuy. Tidak terlalu suka “diperbudak” dengan barang bermerk. Bahkan hanya untuk membeli kw super, kw satu dan seterusnya itu membuat mamie berpikir ribuan kali. Bukan apa-apanya sih, karena emang gak punya duit buat beli barang-barang semahal itu. Lagipula mungkin yah, jika mamie pun pakai barang branded tersebut lalu naik angkot, kira-kira apa kata orang? Ah.. paling barang kw-kw-an hihihi

Tapi sungguh, it is not me. Jangan harap mamie akan mengeluarkan duit hanya untuk membeli tas seharga 10juta, no way! (eh tapi kalau gadget sih dipaksain). Takashimaya yang terkenal dengan branded store itu sepertinya sudah mempersiapkan pundi-pundi untuk menerima duit mereka. Yah.. dan pastilah diriku seperti orang bego disana mondar-mandir tak mengerti. Untunglah teman-teman ini walaupun sudah melanglang buana ke negeri Eropa dan Amerika tetap saja cas cis cus nya kurang. Maka mamie tiba-tiba berubah menjadi interpreter dadakan. Ada baiknya juga sih, soalnya kalau nanya sendiri pasti dikira mau beli, tapi karena sekedar menterjemah nanyanya juga jadi bebas hihihi

Pokoknya tobat deh, keliling ke toko-toko super mahal tersebut, yang ada akhirnya mamie minta ke teman-teman untuk memberi waktu sehari sebelum kembali ke Jakarta. Dan… horeee.. its real me. Mamie akhirnya jalan sendiri kemana kaki melangkah. Akhirnya nyampe di Little India, dan mamie menemukan kesenangan. Mengunjungi toko-toko pinggir jalan, melihat-lihat barang jualan yang etnik, memperhatikan kegiatan orang-orang selama berdagang. waaah.. this is my world. Dan seketika itu pun mamie bisa memahami diri sendiri.

Yang namanya bahagia pasti berbeda bagi masing-masing orang. Dunia ini sudah lengkap dengan segala pilihan tinggal kita memilih yang mana yang memang sesuai untuk kita. Oleh karena itu bukan hak kita untuk menilai seseorang itu bahagia atau tidak hanya dengan menggunakan standard yang ada pada diri ini.  Hidup adalah pilihan, demikian juga bahagia. Dan mamie memilih untuk bahagia dengan versi mamie sendiri

Semangat ^_^

 

 

11 thoughts on “Singapore Trip, #2”

  1. another Mamie style…selalu ad arenungan.
    sukaa..

    nah, kalau ini saran saya..paragrafnya jangan terlalu panjang. jangan takut untuk sering2 menekan tombol enter supaya paragrafnya pendek tapi padat.

    semangattttt..

  2. another Mamie style…selalu ad arenungan.
    sukaa..

    nah, kalau ini saran saya..paragrafnya jangan terlalu panjang. jangan takut untuk sering2 menekan tombol enter supaya paragrafnya pendek tapi padat.

    semangattttt..

  3. I am a student of BAK College. The recent paper competition gave me a lot of headaches, and I checked a lot of information. Finally, after reading your article, it suddenly dawned on me that I can still have such an idea. grateful. But I still have some questions, hope you can help me.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *