Sinjai, a part of me from here

Saya seharusnya merasa bersyukur, akhirnya bisa berkunjung ke Sinjai. Kabupaten yang terletak di sebelah timur Sulawesi Selatan. Sinjai harusnya jadi daerah yang spesial buat saya. Selama ini saya cuma mendengar dan membayangkan keadaan kota kabupaten ini dari ibu saya saja. Nenek dari ibu saya memang berasal dari Sinjai, tepatnya daerah Balangnipa. Seorang yang katanya terlahir bersama biawak. Zaman itu pasti lazim dengan kisah-kisah seperti itu.

#ilc2014sinjai
#ilc2014sinjai

Saya berkunjung ke Sinjai dengan tujuan menghadiri Indonesia Linux Conference. Kumpul-kumpul para simpatisan operating sistem linux dan aplikasi open source di Indonesia. Berangkat dari terminal Malengkeri, rute yang dilalui oleh angkutan umum ini memutar ke arah selatan, melalui kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bulukumba. Waktu yang kami habiskan dalam perjalanan ini adalah 6 jam. Walaupun memutar jalan yang ditempuh tidak terlalu berliku. Kecuali ada beberapa berbaikan jalan di perbatasan Bulukumba dan Sinjai.

Berangkat jam 10 pagi kami akhirnya tiba di Sinjai pukul 4 sore. Bertepatan dengan berakhirnya acara seminar sehari yang akan dilanjutkan dengan Pertemuan KPLI (Kelompok Pengguna Linux Indonesia) dari berbagai daerah seluruh Indonesia.

Bertempat di pulau Sembilan. Sembilan pulau yang berkumpul di sisi timur pantai Sinjai. Salah satunya menjadi tempat pertemuan itu. Dengan mengendarai speed boat sekitar 20 menit kami akhirnya tiba di desa nelayan dan mengikuti kegiatan puncak ILC 2014 ini.

Memang saya merasa kurang maksimal, karena sebagian teman-teman harus pulang dan tidak mengikuti meeting ini. Tapi yang membuat saya antusias adalah laporan dari teman-teman berbagai daerah yang masih terus giat bergerak untuk sosialisasi penggunaan open source. Kegiatan mereka memang tidak dipromosikan besar-besaran tidak megah, tetapi apa yang mereka lakukan adalah memberikan kontribusi yang nyata pada penyebaran penggunaan open source. Itulah komunitas.

Karena waktu yang terbatas saya tidak bisa menjelajah atau ber-napak tilas di kota kelahiran nenek buyut saya. Saya pun yakin ibu saya sudah lupa dengan keadaan di kota itu. Tetapi di dalam tubuh saya membawa bagian dari daerah ini.

Segala kekurangan semoga menjadi pelajaran untuk yang berikutnya. Begitulah harapan saya untuk ILC tahun berikutnya yang akan diadakan di Tegal.

Minas, Minuman khas Sinjai terbuat dari tape singkong dan telur
Minas, Minuman khas Sinjai terbuat dari tape singkong dan telur

Yang berkesan adalah kulinernya. Kami sempat diantar oleh @irhapunya dan enal (Relawan TIK) dijamu di TPI Lappa. Tempat Pelelangan Ikan dimana kumpulan orang masih antusias mendengar besaran rupiah yang disebutkan meningkat bertahap seiring persetujuan dari orang yang ingin membeli. Benar-benar transaksi lelang. Melihat ikan-ikan yang diangkut turun dari perahu. Yang pasti daging putih, gurih dan manis tak terlewatkan dikecap oleh lidah yang selama ini merindukan kesegaran itu.

Kegiatan Para Nelayan Sesaat setelah tiba di Pelabuhan
Kegiatan Para Nelayan Sesaat setelah tiba di Pelabuhan

Perjalanan pulang melalui rute yang lain, daerah Camba. Melalui pegunungan yang berliku dan saya beruntung mengadakan perjalanan di malam hari sehingga saya tidak perlu merasa takut dengan jurang yang mungkin ada di sisi kiri dan kanan jalan. Lebih cepat dari jalur selatan. Sekitar 5 jam perjalanan saja. Sempat melambat juga diakibatkan padatnya kendaraan terutama truk yang lalu lalang di jalur tersebut.

Selfie? Teuteup ^^ (with @irhapunya)
Selfie? Teuteup ^^ (with @irhapunya)

Saya masih berharap bisa berkunjung ke Sinjai lagi, berharap benar-benar bisa merasakan kedekatan dalam diri saya.

Tiada Tempat Nyaman selain Dekat Ibu

Semua bayi yang ada di kandungan pasti merasakan demikian. 9 bulan makan, tidur dalam perut ibu. Begitupun setelah kita-kita dilahirkan menjadi sosok yang mandiri. Proses melepaskan kelekatan kepada ibu memang susah, tetapi mau tak mau, seiring waktu berganti semua juga akan berubah.

Saya beruntung, walaupun saya dianggap merantau karena tidak berada di tanah kelahiran, saya masih bisa dekat dengan ibu. Karena ibu juga ikut kami merantau. Jakarta – Bekasi bukan jarak yang jauh lagi jika kita sudah sering menempuhnya. Apalagi dengan adanya commuter line. Saya dengan mudah bisa menyampaikan ke ibu saya jika saya pengen makan sesuatu.

Sebelum ke Bekasi, saya sudah mengirim pesan, mau makan ini atau itu. Dan semua bisa oleh ibu. Mungkin benar bahan makanan tidak akan sama dengan di Makassar, tetapi tetap saja saya merasakan kerinduan saya terpuaskan.

Baru-baru ini saya ke Bekasi lagi, dan ibu saya lagi getol-getolnya memasak, jadinya saya harus rela menjadi tempat penampungan hasil kreasinya. Dan ibu saya senang karena saya makan lahap, beruntung juga punya seorang anak yang ngekost, bisa kelihatan laparnya jika makan makanan dari rumah sendiri. Dan berikut hasil kerja tangan mama yang harus saya habiskan :

1. Ikan Goreng Sambel Tumis

Masakan ini makin lama disimpan makin enak saja rasanya. Begitu lihat di meja tanpa ba bi bu langsung ambil nasi sepiring, pakai tangan dan voila… begini hasilnya

satu
Sudah pasti pakai tangan makannya ^^

2. Ikan Bakar

Ikan merah ini sayangnya berukuran kecil dari yang biasa saya makan. Tapi dagingnya yang putih bikin semangat makannya. Belum lagi rasa asin di kepala karena diberi garam sedikit saat dibakar. Bakarnya pun tidak kering, dibakar di wajan dengan sedikit minyak (bekas) :p Nikmatnya…

Sambelnya sederhana saja, sambel kecap plus jeruk purut ditambah cabe rawit dan tomat. Sangat tepat kombinasi rasanya

Enak kan?
Enak kan?

3. Kroket

Nah, sebenarnya saya sudah begah kekenyangan tetapi rupanya masih ada kericuhan di dapur. Rupanya persiapan pembuatan kroket berlangsung. Saya cuma membantu menghaluskan kentang yang sudah dikukus.. hanya itu. Sisanya saya tunggu kroket yang matang 😀

Ini bahannya, kalau ditunjukin hasilnya nanti tambah ngiler :D
Ini bahannya, kalau ditunjukin hasilnya nanti tambah ngiler 😀

4. Palluce’la

Saya sudah berjanji dalam hati, tidak akan makan malam hari ini. Sudah terlalu banyak yang masuk di perut, tetapi siapa yang bisa menolak ini

Pallu Ce'la Banyara'
Pallu Ce’la Banyara’

Ikan banyar yang dimasak dengan air garam, kunyit dan serai. Sederhana tapi nikmatnya tiada duanya. Dan akhirnya membuat saya tidur dengan perut yang kenyang minta ampun.

Ke empat jenis makanan itu saya makan dalam waktu setengah hari saja. Dan keesokan harinya saya tetap menjadi pelanggan setia kuliner ibu tercinta.

5. Pepes Ikan

“Li, nia’ bainang kugappa”, begitulah ibu saya sudah lebih 10 tahun di Jakarta tetapi tetap saja menggunakan bahasa Makassar apalagi ke saya. Dengan senang dia memberitahukan bahwa belimbing sayur sekarang siap diolah sebagai bumbu pepes ikan, katanya dia lagi ngidam. Tapi efek ngidamnya bikin saya makan (banyak) lagi.

empat
Pepes ikan Banyar

6. Pallu Kanji

Makan dulu sebelum pulang, pesan ibu saya. Sebenarnya kroket yang kemarin pun masih saya embat dua biji. Alasan tidak mau makan daging merah dan sayur hijau bikin ibu saya komplain. “Sembarangan saja!”, katanya

Terpaksa dengan senang hati saya makan lagi, jam 3 sore sih sebelum balik ke kosan di Jakarta. Pallu Kanji adalah daging yang dimasak dengan tepung kanji dan sayur sawi hijau. Saya cuma berharap semoga nyut-nyut di telapak kaki tidak muncul sampai besok. Karena obat yang saya pesan sudah akan saya terima besok juga. Dan memang benar saya harusnya senang sudah menyantapnya.. puas dan kenyang rasanya. (Gak sempat difoto lagi, sudah keburu habis :D)

Alhamdulillah, tidak ada tempat yang nyaman untuk nafsu makan saya sejak dari janin hingga sekarang. Tetap saja masakan ibu saya adalah masakan terenak dari semua masakan chef di dunia. “Mau bawa pulang ke kosan? “, hihihi.. no thanks mama sudah sangat kenyang.

Semoga setiap makanan yang saya nikmati dan bersyukur menjadi doa yang tak henti hentinya, semoga ibu saya selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan. Amiinn..

Terima kasih mama :*
Terima kasih mama :*

 

 

Asam Urat dan Pola Makan

Waktu di Gelora Bung Karno setelah acara bersih-bersih dengan komunitas Osoji Jakarta, saya tergoda oleh promosi anak-anak mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Jakarta yang mempromosikan pemeriksaan kesehatan gratis. Wah tau saja kan, yang namanya gratis pasti menarik hati. Mereka rupanya juga ikut memanfaatkan keramaian di GBK. Awalnya cuma tensi darah, tetapi begitu ditawari untuk periksa kolesterol, asam urat dan gula darah akhirnya saya mau, walaupun malas harus ditusuk-tusuk pakai jarum serupa pen itu. Terlanjur menurutku.

Hasilnya adalah :

periksa darahKolesterol masih dalam batas normal, gula darah kurang katanya, mungkin karena saya memang belum sarapan pagi itu. Tapi yang pasti dengan itu saya tidak perlu kuatir dengan diabetes. Yang masalah adalah Asam Urat. OMG .. dari standar maksimal untuk wanita adalah 5, asam urat saya sudah mencapai 9.5 hampir dua kali lipat.

Memang sih sudah mulai terasa nyut-nyut di telapak kaki. Itu pasti tanda asam urat saya naik. Abis makan tape, makan daging beberapa kali berturut turut sepertinya purin di dalam darah makin menjadi jadi banyaknya.

Peringatan ini sudah cukup bagi saya untuk tidak mentoleransi nafsu untuk makan makanan kesukaan. Akhirnya saya mulai mengubah pola makan (untuk sementara) 😀

Peringatan juga sih kalau ditawari sesuatu yang gratis harus nanya detailnya, ternyata yang dimaksud gratis cuma tensi doang.. sisanya bayar :p

 

Berikut menu sarapan dan makan malam yang sehat, sementara untuk siang boleh lah makan sesukanya (teteuppp..)

enak kan ^^
enak kan ^^

Untuk meredakan asam urat saya minum obat tradisional Assalam yang terbuat daun tapak kuda atau yang dikenal dengan daun pegagan. Untung masih punya sebungkus dari sisa kemarin-kemarin, berarti itu cuma cukup sehari. Tapi sehari pun manjur menghilangkan nyeri di telapak kaki. Untuk orderanya terpaksa meminta tolong teman di Bantaeng (jauh ya..)  ^^

Ya semua penyakit memang tergantung dari apa yang berlebih. Cuma sepertinya kadar keseimbangan seseorang pasti berbeda beda  mungkin memang harus kita mulai belajar mengenali tubuh kita sendiri. Perbedaan genetik bisa membuat treatment dan bahan untuk menyeimbangkan berbeda beda, menurutku pengamatan saya selama ini 😀

Yang umum adalah banyak minum air putih dan berolah raga.. insya Allah kita masih diberi kesempatan untuk beraktifitas sehari hari