Mari sayangi jantung
“Ada satu penyempitan pembuluh darah, ini harus pake ring” kata Dr Neoh Kean Huat, cardiologist/electrophysiologist dengan logat chinese melayunya. Di control room saya cuma bisa menatap gambar hitam putih, jantung berdetak dan saluran vena yang mengecil, dan itu gambar jantung punya mama.
“Apa gak bisa diobati dulu dokter?” tanyaku, dalam hati berharap dia berkata bisa, tapi tatapan mata dibalik google yg melapisi kaca matanya terlihat mantap mengatakan “have too!”. Isyarat bahwa keadaan jantung mama sudah perlu untuk ditreatment lebih.
Mama, dua bulan belakangan ini mengeluh sering sesak napas. Awalnya saya berpikir, mama terlalu banyak berpikir, mensugesti diri sendiri hingga dia merasakan jantungnya ada masalah. Tetapi setelah kejadian tengah malam beberapa bulan lalu. mama membangunkan kami-kami karena merasa ada yang tidak biasa.
Selepas itu, mama sudah berpikiran bahwa ada yang tidak beres. Kakak saya akhirnya menganjurkan untuk konsultasi ke dokter di Penang, Malaysia. Yah, memang tujuan awalnya observasi. Namun karena observasi akurat selain EKG dan ECG dokter belum bisa mengambil kesimpulan pasti. Dia meminta untuk melakukan kateterisasi jantung.

Kateterisasi jantung adalah suatu tindakan untuk memastikan diagnosa dan mengobati beberapa kondisi jantung beserta pembuluh darah. Selama kateterisasi jantung, pipa tipis berukuran panjang yang dinamakan kateter dimasukkan ke dalam pembuluh vena atau arteri di lengan mama.
Dengan menggunakan kateter ini, Dokter kemudian dapat melakukan pemeriksaan diagnostik sebagai bagian dari kateterisasi jantung. Dengan kateter ini pula Dr. Neoh menjelaskan gambar di control room yang menyatakan bahwa pembuluh darah mama di jantung harus dipasang ring, atau istilah kedokterannya adalah stent
Prosesnya sebentar saja, tidak sampai sejam, karena mama sudah “terlanjur” dikateter, sehingga untuk menempatkan balon dan stent nya tinggal dimasukkan saja. Kata dokter mama memakai 2 balon untuk menghancurkan lapisan lemak dalam vena dan terpasang 2 stent agar tidak lagi terjadi penyempitan pembuluh darah.


Setelah itu mama istirahat semalam di ruang perawatan, kata dokternya jika di US pasien bisa diperbolehkan langsung pulang, tapi di sini dia tidak mau. Siapa yang berani menolak perintah dokter, dia marah-marah pun karena pasien bandel tetap saja kita terima. “Kalau disuruh minum obat susah, bilang 3x sehari minum 2x, bilang sekali sehari tidak minum”. Sepertinya dokter pun trauma dengan pasien-pasiennya
Biaya yang dikeluarkan katanya lebih murah dibanding di Indonesia, begitu kata teman-teman ketika bertanya tentang total pembiayaan keseluruhan. Semurah apapun itu tetap saja mahal menurutku. Mahal karena harus meresikokan diri sendiri akibat hidup yang kurang sehat. Mama mungkin di usia 71 tahun ini masih beruntung, banyak orang malah di usia 40 tahun sudah terkena jantung koroner. Yah tidak ada cara lain. Mari hidup sehat, jaga makanan dan olah raga. Mari sayangi jantung kita.
