Sudahkah kita Berupaya yang Benar?
Sebenarnya bulan lalu saya sudah merasa “tidak jodoh” dengan Ajahn Brahm, seorang biksu hutan yang lahir di Inggris tetapi sekarang menjadi kepala Biara di Australia. Biksu yang terkenal dengan buku karangannya yang sudah mencapai 3 seri “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”.
Namun ternyata saya keliru, dan saya baru menyadarinya kemarin. “Bu Lily mau ikut nonton Ajahn Brahm?”, message Yelly, istri rekan sekerja yang juga putra dari pemilik perusahaan tempat saya bekerja di bbm saya. Wah, berasa dejavu kembali. bulan lalu saya sempat merasa sayang melewatkan kunjungan Ajahn Brahm yang cuma sekali setahun ke Indonesia. Ternyata besarnya keinginan untuk bisa belajar dari beliau rupanya dikabulkan. “Besok ketemuan di JIExpo yah, saya punya tiket satu ibu gak usah beli lagi.” Wah senangnya.
Saya tiba sudah hampir jam 13.00, waktu seharusnya acara dimulai, tetapi saya masih mendapatkan kesempatan untuk book signing untuk buku terbaru yang berjudul “:Bukan Siapa Siapa”. Beruntungnya saya adalah yang terakhir diberikan kesempatan untuk menandatangani buku, dan acara pun dimulai.

Pembawaan yang humoris dan sederhana membuat semua yang disampaikan sangat mudah dicerna bahkan membekas di hati. Saya sampai tidak sadar manggut-manggut jika beliau menyampaikan “penyadaran” yang sebenarnya ada pada kita tapi tidak kita rasakan.
Dari 8 kota yang dikunjungi, Jakarta mendapat kesempatan dengan materi Pengupayaan Benar. Baru semalam saya merenung tentang “kolam” yang ada dalam diri saya. Saya menginginkan kolam yang tenang tak beriak karena itu membuat letih. Dan saya benar mendapatkan jawabannya.
Saya sempat merasa tidak nyaman jika hal-hal di luar dari diri saya mempengaruhi. Kesedihan, kekecewaan, kegagalan, semua terasa berat jika hadir di hati saya. Saya bahkan merasa saya lebih tenang jika sendiri, tetapi ternyata saya keliru. Kesendirian itu memang perlu, tetapi tidak harus selamanya. Pengupayaan yang benar adalah konsentrasi penuh pada kekinian. Kekinian ini yang harusnya bisa kita atur sesuai dengan keadaan.
Perumpamaan seperti segelas air. Saat kita mengangkat gelas justru airnya malah tidak tenang. Semakin kita berusaha keras untuk membuatnya tenang, malah semakin bergejolak. Begitulah analogi yang dicontohkan oleh Ajahn Brahm. Lalu bagaimana caranya membuat air itu bisa tenang? Cukup letakkan gelasnya dan airnya dengan sendirinya akan tenang.
Begitupun hati kita. Kadang dalam keadaan terdesak, kita hanya perlu duduk diam tanpa berpikir apa-apa. Melepaskan semuanya dan mensyukuri kekinian. Secara teori energi baru akan terbentuk dan kita akan berpikir jernih untuk menghadapi persoalan-persoalan yang ada.
Sudah sempurna kita sebagai umat muslim diingatkan untuk setiap hari menaruh gelas kita lima kali sehari. Sayangnya kadang kita melakukan tanpa menyadari itu. Tetap saja dalam doa kita membawa segala persoalan hidup dihadapanNya.
Saya sadar, pilihan sendiri itu sebenarnya bukan jawaban membuat kolam saya menjadi tenang. Saya cuma perlu menyadari diri saat sendiri, dimana saat itu penting dalam hidup untuk melepaskan (untuk sementara) persoalan-persoalan hidup. Benar kata seorang teman, saya cukup hanya mengatur saat menyadari itu. Setelah itu konsentrasi 100% terhadap yang dikerjakan di kekinian. This should be effective and efficient. Kata Ajahn Brahm. Don’t do today the work you can do tomorrow, because tonight you could die. Quote yang pastinya tidak sejalan dengan para motivator bisnis.
Semoga pembelajaran ini benar-benar bisa saya terapkan dalam kehidupan. I am so grateful.

like it a lot mba 🙂
btw sy mengcopy tulisan mba ….
“…..Sudah sempurna kita sebagai umat muslim diingatkan untuk setiap hari menaruh gelas kita lima kali sehari. Sayangnya kadang kita melakukan tanpa menyadari itu. Tetap saja dalam doa kita membawa segala persoalan hidup dihadapanNya…”
mungkin sy terlewat dan ilmu sy yg kurang, ini sumber dr hadist atau ayat mana yah mba ingin tahu saja 🙂
Itu bukan dari sumber mana pun cuma renungan hati mamie saja
like it a lot mba 🙂
btw sy mengcopy tulisan mba ….
“…..Sudah sempurna kita sebagai umat muslim diingatkan untuk setiap hari menaruh gelas kita lima kali sehari. Sayangnya kadang kita melakukan tanpa menyadari itu. Tetap saja dalam doa kita membawa segala persoalan hidup dihadapanNya…”
mungkin sy terlewat dan ilmu sy yg kurang, ini sumber dr hadist atau ayat mana yah mba ingin tahu saja 🙂
Itu bukan dari sumber mana pun cuma renungan hati mamie saja