Mau dibawa ke mana?

Sepertinya perlu kedewasaan untuk menyikapi informasi yang melanda seperti air bah menyerang dari berbagai arah…

Masih sangat segar di ingatan ketika tiba-tiba timeline twitter, facebook, Koran-koran dan hampir semua saluran televisi yang mengabarkan penggrebekan oleh Badan Narkotika Nasional di rumah salah seorang bintang muda Raffi Ahmad baru baru ini.

Bagai bola panas, berbagai asumsi  berkembang dengan sendirinya dalam pikiran masing-masing orang yang membaca atau mendengar berita itu. Ada yang menghakimi, mencemooh, mengambil kesimpulan general tentang rentannya artis yang menkonsumsi narkoba. Kebanyakan memang negatif dan yakin akan kemungkinan itu.

images (10)

Belum lagi dengan kehadiran Wanda Hamidah, tokoh politik yang cantik yang juga terkena razia karena berada di tempat terjadinya penggrebekan itu. Praduga tak bersalah sudah tidak ada lagi, bahkan sadisnya sampai ada yang membuat olok-olok tentang status dari wanita cantik itu dalam hubungannya dengan Raffi Ahmad.

Lagi, liar tak terbendung pemikiran-pemikiran baru tentang hubungan khusus dengan Raffi. Apalagi sebagai public figure Wanda yang selain artis juga adalah anggota wakil rakyat dari Partai Amanat Nasional. Jika terlibat narkoba, habislah sudah riwayat karir dan nama baik yang selama ini terbangun. Tetapi coba saja kita baca ulang berita-berita tersebut. Kesemuanya cenderung mengarahkan kita untuk menilai, bahkan menghakimi.

Dan disaat  ini sudah hampir pasti meyakini apa yang dirangkai oleh pikiran berdasarkan berita-berita tersebut tiba-tiba semalam di berita diumumkan bahwa Wanda Hamidah bersih dari barang haram itu,  bahkan oleh Badan Narkotika Nasional, Wanda didaulat menjadi Duta Narkoba. 180 derajat berbalik arah.

Media, sudah benar benar menguasai kita sekarang. Hal yang positif dengan mudah bisa berubah menjadi negatif hanya karena pemberitaan, begitu pun sebaliknya. Bukan cuma media resmi, kita pun kadang bertindak sebagai media, menerima dan meyebarkannya. Semakin bebas orang meneruskan informasi dengan tanpa dicerna bahkan kadang mendapat tambahan yang sebenarnya tidak obyektif.

Sepertinya pribadi kita harus lebih dewasa dalam mencerna setiap informasi yang ada, sikap untuk diam dan melihat kondisi yang benar-benar nyata barulah bicara dan akan lebih baik lagi jika kita belajar dari pengalaman orang lain bukan malah menjelekkan atau bahkan menghujat.

Kekuatan media ini seperti berperang dengan diri sendiri, bagaimana kita bisa bertahan untuk tidak mudah terpengaruh. Karena jika tidak akankan kita mau begitu saja dikontrol oleh media? Membentuk asumsi yang belum tentu kebenarannya dan keluar dari mulut kita berupa fitnah? Mari bijaksana menanggapi segala informasi yang ada di sekeliling kita. Dan jangan mau dibawa kemana saja oleh informasi yang kadang menyesatkan. Kontrolnya ada pada diri sendiri.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *