Paling Indonesia, Janganlah Pudar

smile from the heart

Satu hal yang tak lepas dari kesan bangsa-bangsa lain terhadap Indonesia adalah sifat ramah. Keramah tamahan ini sudah menjadi kearifan lokal bangsa Indonesia. Walaupun Indonesia terdiri dari suku bangsa yang tidak sedikit, akar dari sifat ramah ini sudah tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Puluhan tahun lalu ketika teknologi belum menjadi bagian dari gaya hidup, keramah tamahan ini dicermikan dengan silaturahmi, gotong royong, musyawarah dan berbagai kegiatan yang memungkinkan pertemuan secara fisik. Namun sekarang sudah sangat berbeda. Perkembangan teknologi yang tak dapat di bendung menjadikan aktualisasi sifat ramah yang dimiliki bangsa ini juga berubah.

Tidak heran ketika media-media sosial melalui internet yang memang banyak adalah buatan bangsa lain bahkan bisa memiliki pengguna yang paling banyak di Indonesia. Indonesia memang pasar yang empuk untuk produk-produk yang berorientasi sosial. Menurut web socialbaker, yang menjadi penyedia data bagi para marketer media online, Indonesia adalah negara yang menempati urutan pertama di Asia untuk penggunaan facebook ini, Namun jika dibuat statistik sederhana dalam satu keluarga hampir semua memiliki akun di facebook, bahkan anak kecil pun memanipulasi usianya hanya untuk bisa berinteraksi di sosial media ini.

Facebook mungkin bisa menjadi indikator bahwa bangsa kita memang benar-benar mahluk sosial murni. Apalagi setelah blackberry, handheld produksi RIM Canada ini merajai pasaran smart phone bukan karena push email yang compressing filenya unggulan teknologi mereka, tetapi karena ada applikasi blackberry messengger dan facebook.

Berbanding terbalik dengan di USA, Blackberry masih tetap digandrungi di Indonesia. Bahkan pernyataan Managing Director RIM untuk Asia meyakinkan bahwa Indonesia adalah pasar yang terpenting dan mereka pecaya bahwa tidak ada yang bisa mencintai seperti RIM mencintai Indonesia.

Agak hiperbolik pernyataan ini tetapi ini menandakan bahwa Indonesia tidak bisa melepaskan sifat keramah tamahannya hidup bersosial walaupun media sudah berangsur-angsur berubah.

Belum lagi infrastruktur yang disediakan oleh perusahaan penyedia jasa selular semakin dapat diandalkan. Telkomsel, perusahaan provider terbesar di Indonesia telah mengklaim perusahaannya dengan jargon yang Paling Indonesia. Bagaimana tidak, jangkauan signal ke pelosok pun sangat menjanjikan.  Kekhawatiran dengan keadaan demografi Indonesia yang dipisahkan oleh lautan luas pun boleh jadi sirna. Telkomsel adalah satu-satunya provider yang menyediakan jasa layanan di kapal PELNI.

Dahulu berkumpulnya orang-orang untuk membicarakan sesuatu itu masih dilindungi oleh tata karma. Masih ada rasa segan membicarakan hal yang bisa menyinggung perasaan orang lain. Mungkin karena kemana-mana tetap bisa bertatap muka dengan orang yang dimaksud.

Namun sekarang, etika tersebut sudah mulai pudar. Kita coba pantau saja di twitter, media sosial yang mulai bergerak menyaingi popularitas facebook. Hujatan, cemooh dan hal-hal yang buruk terhadap orang lain menjadi santapan mata di keseharian. Fungsi twitter yang seharusnya berisi pernyataan “What’s happening” atau apa yang sedang terjadi berubah menjadi sususan kata-kata sarkastik. Kadang tidak lagi berpikir bahwa orang lain bisa tersinggung dengan 140 space karakter yang disediakan media itu. Memang benar masih banyak juga yang memanfaatkan dengan memberikan motivasi atau informasi yang bermanfaat, tetapi sepertinya orang-orang lebih mudah me-ReTweet sesuatu yang dianggap aib atau berita yang mengandung kehebohan.

Bangsa Indonesia menjadi sangat rentan dengan informasi-informasi yang dengan mudah bisa menjadi trending topic. Tetapi itulah Indonesia, dibalik kekuatan memang pasti tersimpan kelemahan juga. Keramah-tamahan yang awalnya beralasan peduli menjadi gila urusan. Sesuatu yang sebenarnya menjadi privasi orang sudah dengan mudah diklaim sebagai miliknya dengan cara membicarakannya di depan pubilk. Ini mungkin satu indikasi bahwa kita masih perlu belajar untuk menyesuaikan diri kita dengan perangkat sosial media ini.

Indonesia sekarang memang berubah, namun perubahan yang dianggap perkembangan zaman itu seharusnya dibarengi juga dengan penerapan etika online juga

Harusnya masalah ini  menjadi tanggung jawab kita bersama, para penyedia layanan bandwith, para pengguna internet dan masyarakat secara umumnya. Pastilah yang diinginkan untuk menjadi Paling Indonesia, adalah menampilkan jati diri bangsa yang sebenarnya. Kearifan lokal yang dimiliki harusnya bisa tercermin juga dalam media-media sosial online ini.

Beruntung pula, Telkomsel peduli dengan hal ini, tidak hanya berpikir tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari pengguna-pengguna layanan, tetapi memberikan edukasi yang dibutuhkan dalam menggunakan layanan tersebut.

Dengan bekerja sama dengan komunitas blogger, Anging Mammiri, Telkomsel Sumalpua (Sulawesi Maluku Papua) peduli dengan memberikan edukasi tentang penggunaan internet. Walaupun masih dalam satu ruang yaitu blog, tetapi hal ini sudah merupakan langkah awal untuk memberikan informasi yang berguna kepada pengguna dunia maya memanfaatkan internet lebih maksimal.

Semua pihak pasti akan diuntungkan jika berbagi pengetahuan ini berhasil. Ini akan lebih baik jika menjadikan sosial media sebagai tempat untuk menebarkan hal-hal yang merugikan orang lain yang pastinya secara tidak langsung merugikan diri sendiri.

Harapan saya sederhana, apapun perubahan zaman yang menyerang dan tak dapat kita tolak ini, hendaknya kita tetap menjaga warisan sifat dari nenek moyang kita. Mungkin tidak sama dengan warisan berupa kekayaan alam yang nyata dan secara fisik dapat dipelihara. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab, dari tutur bahasa, lisan dan tulisan. Dari perilaku dan tindakan.  Semoga warisan ini tidak akan tergerus oleh zaman, Paling Indonesia bukan hanya sekedar slogan, tetapi memang menunjukkan keagungan bangsa ini di dunia luar melalui dunia maya yang luasnya mengalahkan dunia yang sebenarnya.

Semangat berbagi, Semangat memelihara yang Paling Indonesia.

 

92 thoughts on “Paling Indonesia, Janganlah Pudar

  1. Memang benar mbak, banyak pengguna jejaring sosial seperti twitter dan facebook kurang benar dalam menggunakan fasilitas yg ada.
    Seperti pada twitter, banyak yang men-tweet kata-kata yg kurang sopan bahkan men-judge orang.
    Peran orang tua sangatlah penting disini.

    1. Salam kenal yah 🙂
      Maaf moderasinya telat, lama gak update blog dan inilah yang paling gak benar 😀

      Ayo semangat menulis *menyemangati diri sendiri*

  2. Memang benar mbak, banyak pengguna jejaring sosial seperti twitter dan facebook kurang benar dalam menggunakan fasilitas yg ada.
    Seperti pada twitter, banyak yang men-tweet kata-kata yg kurang sopan bahkan men-judge orang.
    Peran orang tua sangatlah penting disini.

    1. Salam kenal yah 🙂
      Maaf moderasinya telat, lama gak update blog dan inilah yang paling gak benar 😀

      Ayo semangat menulis *menyemangati diri sendiri*

  3. We are a group of volunteers and starting a new scheme in our community.
    Your site provided us with valuable info to work on. You have done an impressive job and our
    entire community will be grateful to you.

  4. Pingback: Bauc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *