
Saya dan banyak orang yang pernah melewatinya terlanjur jatuh hati, dia pasti akan memanggil kami untuk kembali,
———-
Tidak pernah terpikir sebelumnya, Palembang adalah kota pertama yang bakal saya kunjungi di tanah Sumatera. Undangan yang tak mungkin ditolak karena kota ini telah memberikan banyak kesan, bahkan sebelum saya menginjakkan kaki di sana.
Ada banyak hal yang begitu berkesan dari kota ini.
Rasa Historik
Masih ingat dengan Kerajaan Sriwijaya? Pastilah nama kerajaan ini pernah kita dengar karena menjadi bagian dari kurikulum pelajaran sejarah. Itu karena Sriwijaya memberikan semangat nasionalisme untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum datangnya penjajah Belanda. Sriwijaya merupakan kemaharajaan maritim yang sangat berpengaruh di nusantara dengan daerah kekuasaan yang membentang dari Kamboja hingga Sulawesi.
Walaupun tidak ditemukan banyak catatan pada sejarah Indonesia, namun jejak kerajaan ini justru ditemukan dalam sejarah Tionghoa oleh sarjana Perancis, George Cœdès. Dan di tahun 1993 menurut Pierre-Yves Manguin pusat kerajaan sriwijaya ini terletak di sungai Musi antara Bukit Siguntang dan Sabokingking, yang merupakan bagian dari provinsi Sumatera Selatan.
Bisa terbayang bagaimana sibuknya kota ini di masa itu karena menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara. Berada di Palembang dapat mengantarkan saya pada aura historik tersebut, membayangkan daerah tersebut dengan kejayaannya dan kemegahan itu adalah pengalaman bathin yang spesial.
Rasa kuliner
Indonesia adalah surganya kuliner. Seluruh pelosok negeri ini adalah tempat lahirnya ragam kuliner yang menggoda, tak terkecuali Palembang dan SumSel pada umumnya. Sebagai penggemar kuliner, saya tentu tidak melewatkan begitu saja sajian khas yang ada di bumi Palembang.
Pempek
Siapa yang tidak kenal dengan Pempek Palembang? Kadang ada yang menyebut mpek-mpek atau empek-empek. Penganan ini selain nikmat juga menyehatkan. Ikan tenggiri yang padat gizi menjadi adonan intinya.

Menurut perkiraan sejarah saat abad ke 16, seorang imigran china yang tinggal di sekitar sungai Musi merasa sayang dengan hasil tangkapan ikan yang terbuang begitu saja karena tidak habis dikonsumsi. Itu adalah awal lahirnya resep ini, daging ikan dicampur dengan tapioka agar bisa bertahan lebih lama dari ikan segar biasa. Saat itu sebutan untuk imigran chinese laki-laki yang sudah tua adalah apek, kalau di daerah saya sih disebut ampek, nah karena dijajakan keliling orang-orang yang membeli pun memanggil dengan pek-apek. Seperti itulah perkiraan sejarah makanan ini
Makan pempek di tanah aslinya tentu memberi sensasi yang berbeda. Keasliannya lebih terasa dan tentu saja ada sentuhan lain yang lebih menggoda . Yang paling nikmat bagi saya adalah Pempek yang digoreng, walaupun ada pilihan kukus juga. Pempek ini dimakan dengan campuran air gula merah dan cuka ditambah sedikit cabe. Sangat pas untuk lidah kita.
Jenisnya pun bermacam-macam, dan dicampur dengan bahan yang berbeda-beda pula. Ada yang dicampur tahu, pepaya muda, telur dan lain-lain. Sangat kaya rasa.
Kerupuk Kemplang
Kaget juga waktu singgah di toko khusus kerupuk. Ukuran kerupuk yang tersedia dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Dan yang paling besar memang tak diduga, saya cuma membayangkan bagaimana besar wajan yang digunakan untuk kerupuk sebesar itu. Oh iyah bahkan bentuknya pun bermacam macam, yang paling menarik adalah bentuk hati, jadi berasa tak tega dimakan.
Pindang Ikan Patin
Kuah pindang ini mirip sup Tomyam, pedas asam dan gurih. Ikan Patin yang merupakan ikan air tawar memang sebaiknya diolah kaya bumbu. Direbus dengan kuah bumbu kadang dengan tambahan nenas untuk membuatnya menjadi lebih segar. Selain ikan Patin, udang dan daging pun bisa jadi bahan dasarnya. Kekuatan rasa memang pada kuah yang berbumbu.
Tekwan
Sup ikan berbahan dasar daging ikan tenggiri dan sagu yang dibuat seperti bakso kemudian ditambahkan kaldu udang. Rasanya gurih dan segar ditambah dengan soun dan jamur kuping sebagai pelengkap, dan untuk menguatkan rasa kadang ditambahkan sedap malam.
Rasa Modern
Katanya jika sudah pernah melalui jembatan Ampera, kita akan balik lagi. Jadi itu adalah permintaan pertama saya ketika tiba di Palembang. Jembatan dengan panjang 1.177 meter ini menjadi penghubung antara Seberang Ulu dan Ilir. Dibangun tahun 1962 jembatan ini merupakan simbol modernisasi di Palembang
Infrastruktur yang semakin banyak disediakan bagi pelaku ekonomi membuat Palembang menggeliat. Hotel-hotel mulai bermunculan satu persatu, begitupun pusat perbelanjaan. Tahun 2011, Palembang mendapat kehormatan menjadi tuan rumah SEA Games. Ini tentu menjadi pemicu pertumbuhan dan perbaikan infrastruktur kota yang makin lengkap dan memanjakan warga maupun tetamu.
Rasa Kekeluargaan
Sebelum ke Palembang, kota ini sangat asing bagi saya. Tidak terpikir sedikitpun bakal banyak teman yang berdomisili di sana. Tapi saya menemukan banyak teman yang serupa saudara di sana. Di sana saya bertemu teman-teman komunitas pengguna dan pecinta linux serta tentu saja komunitas blogger. Kehangatan mereka dalam waktu singkat membuat saya serasa menemukan saudara jauh yang baru bertemu lagi.
Saya mengagumi semangat mereka, bagaimana mereka dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi terus bersemangat menjalankan kegiatan mereka.
Saya baru sekali menginjakkan kaki di Palembang, tapi banyak hal dari kota di itu yang terasa berkesan. Sampai sekarang saya masih menyimpan asa suatu hari nanti saya akan bisa kembali ke sana. Meresapi jejak histori kerajaan Sriwijaya, membiarkan ragam kulinernya yang menggoda itu melewati kerongkongan dan tentu saja menikmati hangatnya persaudaraan dengan teman-teman di sana.
Palembang dan tentu saja Sumatera Selatan seperti sebuah kotak kenangan yang selalu menggoda untuk dibuka kembali. Ah, suatu hari nanti saya harus kembali ke sana.
artikel lomba ya? semoga menang!
artikel lomba ya? semoga menang!
asik…
semoga menang ya Mam….
asik…
semoga menang ya Mam….
terima kasih juragan infonya berguna sekali