Macet, waktunya saling menyalahkan

Saya terbiasa mendengar siaran radio tentang trafik lalulintas setiap hari jika sedang mengendarai kendaraan. Di stasiun radio tersebut, para pendengar pun dapat langsung memberikan informasi, saran, keluhan tentang keadaan kota Makassar saat ini.

Tadi pagi saya mendengar yang disampaikan oleh penyiar radio tersebut bahwa sebelumnya ada yang menyampaikan bahwa salah-satu ciri kota metropolitan adalah macet.
Benarkah?

Padat bukan berarti macet, bagi saya beberapa kota besar di luar negeri yang sudah pasti kategorinya kota metropolitan tidak terlihat kemacetan.
Kemacetan yang terjadi di kota ini boleh dikategorikan semrawut, tidak teratur dan sangat beda dengan image kota metropolitan di negara lain.

Beberapa hari yang lalu saya mengurus Surat Izin Mengemudi, pelayanannya memang cepat dan saya akui saya tidak melalui prosedur standar. “Kalau dites dengan mobil APV dan dengan space yang disediakan, saya yakin itu sulit, kami pun para pria belum tentu bisa lolos”, begitu salah satu orang yang saya temui di sana.
Sepertinya memang cuma “basa-basi” sekedar ada kelihatan prosedur seperti itu.
Pengetahuan tentang rambu lalu lintas, jalur cepat dan jalur lambat, bagaimana mendahulukan orang yang meminta jalan, mungkin itu yang lebih penting.

Tadi pagi pun saya harus membunyikan klakson berulang-ulang karena mobil di sisi kiri mau menyalip langsung belok kanan tanpa memberikan aba-aba belok kanan.

Ibu salah seorang teman saya yang pernah lama tinggal di Jepang sering mengeluh dengan supirnya, Dia selalu mengeluh karena supir tersebut selalu membunyikan klakson, sementara menurut pengalamannya di Jepang waktu itu klakson sangat jarang kedengaran. Kita sepertinya bisa menebak mengapa demikian.

Pernah pula seminggu klakson mobil itu korslet dan tidak berfungsi, saya merasa seperti mengendarai tanpa perlengkapan penuh. Sepertinya mustahil dalam sehari kita mengendarai mobil dan klakson tersebut tidak dibunyikan.

Keadaan seperti ini membuat semua orang mengeluh dan saling menyalahkan. Sampai kepada tingkat penjualan kendaraan yang ada pada dealer-dealer kendaraan. Masing-masing berburu kepentingannya saja. Dari angkutan kota pun demikian, izin-izin trayek yang mungkin asal dikeluarkan tanpa memikirkan kapasitas jalan dan penumpang.

Sebenarnya kalau mau mencontoh negara yang memang benar-benar “metropolitan” mungkin ada baiknya pemerintah selain jalan-jalan saja, bisa membawa pulang pelajaran yang didapat dari negara luar.

Saya ingat waktu di Jepang dulu, walaupun memang tidak berniat membeli kendaraan karena waktu yang singkat namun saya mendapatkan info bahwa di Jepang untuk memiliki kendaraan sendiri biayanya sangat tinggi. Namun demikian pemerintah membuka peluang alternatif lain yaitu menyediakan armada angkutan kota yang nyaman, murah dan bersih. Orang-orang pasti untuk naik angkutan kota daripada memiliki kendaraan sendiri.
Sekarang jika saya menghitung-hitung pembiayaan angkutan kota dengan mobil sendiri dengan mobilitas yang saya jalani sekarang sepertinya akan lebih mahal jika saya naik angkutan kota, mana lagi waktu yang tidak tentu dan kurang nyaman.

Saatnya sekarang masing-masing mendingan berpikir kira-kira apa yang harus diperbuat daripada menyalahkan. Saya sebagai pengendara akan berusaha sebaik-baiknya untuk mengikuti aturan lalu lintas, demikian juga pihak-pihak yang terkait. Ada baiknya mengoreksi diri sendiri daripada sibuk menyalahkan keadaan ataupun orang lain.

Katanya, Jika kita sibuk melihat keburukan orang lain kita tidak akan pernah bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Mata yang diarahkan ke dalam lebih baik daripada mata yang diarahkan keluar.

4 thoughts on “Macet, waktunya saling menyalahkan”

  1. Mamie.. terlalu banyak yang pintar mengemudikan kendaraan tapi kurang dalam hal attitude berkendara.Jangankan memikirkan keselamatan orang lain,keselamatan diri sendiri juga tidak terlalu di perhatikan.

    semoga kita bisa menjadi orang yang bijak di jalan.minimal memulai dari sendiri.

  2. Mamie.. terlalu banyak yang pintar mengemudikan kendaraan tapi kurang dalam hal attitude berkendara.Jangankan memikirkan keselamatan orang lain,keselamatan diri sendiri juga tidak terlalu di perhatikan.

    semoga kita bisa menjadi orang yang bijak di jalan.minimal memulai dari sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *