Makassar – Bali, 28 September 2007

Siap Siap Berangkat 

Berpikir akan pergi dalam waktu lama membuatku sedikit sedih. Meninggalkan anak-anakku yang lucu-lucu serta suasana dirumah membuatku agak berat untuk berpikir akan pergi. Izin dah gak masuk kantor hari ini dah aku sampaikan ke HRD sebelumnya, namun ternyata boss memanggil, minta meeting lagi untuk memastikan selama aku dikantor pekerjaan aman-aman saja. Padahal terus terang aku belum percaya diri dengan ubuntu yang aku pakai di laptop apakah bisa internet atau tidak. Wireless dan dialup di laptopku belum dikenali oleh sistem ubuntu. Kak Fadly dah siap membantu sebenarnya tapi sungguh-sungguh waktu sangat mepet. Akhirnya dengan naik ojek aku ke kantor untuk meeting bersama team ku dan boss. Sekitar 2 jam selesai dengan harapan insya Allah semuanya akan baik-baik saja. Boss memberikan baju dan coat untuk musim dingin.  Aku berterima kasih sekali walaupun sempat berpikir gimana bawanya 😀

Sampai di rumah, dah buru-buru nge-pack dapat pesan dari pace gak usah bawa barang terlalu banyak ntar direpotin sama barang. Memang benar pengennya malah bisa jalan santai tanpa barang, tapi pas di sortir ulang sepertinya gak ada lagi yang bisa ditinggal. Hasilnya 1 koper, 1 ransel dan 1 tas tentengan plastik. Hm.. masih bisa lah dibawa ama bodiku

Menjelang jam 3, aku dah siap siap. Anak-anak dah aku peluk satu-satu. Gak pengen sedih tapi sedih juga, apalagi ketika aku memeluk Jimbo, dia yang paling perasa sehingga rasa sedih itu menjalar juga ke aku. “Sabar yah nak, berdoa saja mamah dilindungi olehNya”. Amdan sedikit beda, mungkin masih kecil untuk mengerti kepergian yang cenderung lama. Awalnya raut wajahnya di buat sedih “Mamah, kenapa kita pergi?” belum juga aku menjawab dia sudah menambahkan “Jangan lupa oleh-oleh mama yah”, seketika itu pun raut wajah nya berubah penuh harap. Jadi lucu keliatannya dalam masa yang gak terlallu panjang raut wajahnya bisa drastis berubah, sepertinya dia berbakat jadi aktor nih. pikirku.

Akhirnya tiba waktunya aku pamit ke semua orang dirumah. Dengan diantar sama pace, anak-anak dan yang lain gak diperkenankan ikut ke bandara. Alasan pace biar mereka gak terlalu sedih. Ah pokoknya aku ikut aja. Aku ingat pesan teman untuk membuat tenang saat akan pergi jauh. ”

Tiba di bandara, aku cuman di drop pamit sebentar kemudian pace dah pergi meninggalkan aku. Yuyi datang dan diantar dengan keluarga besarnya. Memang beda sih purposenya. Kalau aku khan gak terlalu lama, sementara yuyi masih harus beberapa tahun di Jepang, walaupun rencana akan pulang bulan Desember nanti.

Akhirnya gak terasa sudah ada panggilan kami untuk boarding. Selamat tinggal Makassar.. Selamat tinggal keluargaku … kawan-kawanku… insha Allah aku akan kembali bulan Desember nanti.

@ Bali

Penerbangan ke Kansai, Osaka harus ditempuh melalui Bali. Dengan satu jam perjalanan dari Makassar kami tiba di Bali hampir jam 6 sore. Begitu tiba kami mencari tempat untuk bisa berbuka puasa. Gak ada petunjuk dengan Adzan Maghrib akhirnya kami berpatokan dengan jam saja. Alhamdulillah kami dapat melewati puasa hari itu hingga selesai, Lillhahi ta’ala.  Karena yuyi ada janji dengan Kak Azis, mahasiswa yang sudah selesai doktor dan pulang kembali di tanah air kami ke hotel tempat dia menginap untuk stay over. What a happy family. Itu kesan awal yang aku dapat. Mereka sangat friendly, dan terasa bagi aku yang baru pertama mengenal keluarga itu. Gak heran kalo mereka bercerita “acara pelepasannya” sangat mengharukan. Semua mengantar sampai ke terminal bus. Supir busnya sampai terheran2.  Si kecil Ehime chan, sangat lucu. usianya baru 3 bulan dan sangat murah senyum. Kedua kakaknya yang cowok sudah sangat fasih berbahasa Jepang, aku berpikir pasti mereka kesulitan jika di Indonesia karena mereka sama sekali gak bisa berbahasa Indonesia. What a challenge!! ganbatte!

Setelah dari hotel kak Azis kami ke discovery, ada beberapa titipan khas Bali yang mau dibeli oleh Yuyi. Sekalian kami makan malam di Black Canyon di teras belakang Discovery. Jam 10 malam kami kembali ke Bandara Ngurah Rai untuk check in penerbangan ke KIX, Osaka

Beruntung kami datang lebih awal,  proses check in ternyata memakan waktu yang tidak sedikit. Begitu masuk di counter check ini, aku mulai merasa asing. Secara fakta aku masih di Bali tetapi orang-orang yang ada disekitar kami melulu orang asing. Orang Jepang, bule, china.. wah.. baru aku merasa sendiri, merasa asing dan merasa sedih… Aku berusaha membuat hatiku tenang, karena ini baru awal perjalanan panjang belum ada apa-apanya.  Tiba saat kami di counter untuk checkin, kami bermasalah dengan overweight bagasi. Maklum, yuyi datang dengan tiga koper yang isinya rata-rata titipan. Akhirnya kami minta kebijakan ke garuda dengan alasan bahwa kami adalah pelajar. Dan sepertinya sudah menjadi hal yang biasa kebijakan tersebut diberlakukan untuk pelajar. Mungkin akan lebih bagus jika dipatentkan saja aturannya hingga kami tidak perlu mondar-mandir untuk meminta tanda tangan dari supervisor lapangan dari Garuda. anyway thanks…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *